Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang merupakan mitra dari Universitas Gadjah Mada melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat yaitu “Pengembangan Desa Binaan, Pemanfaatan Hasil Penelitian Dan Penerapan Teknologi Tepat Guna, dan Kuliah Kerja Nyata” yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (DPKM), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Desa Banyuroto diarahkan menjadi role model desa percontohan yang mandiri ekonomi dan tanggap terhadap resiko bencana alam (longsor) melalui kegiatan konservasi produktif berupa pengkayaan jenis (enrichment planting) tanaman buah tropika bernilai ekonomi tinggi (alpokat, lengkeng dan jambu merah) guna mendukung perekonomian masyarakat sekaligus fungsi konservasi lahan.
Berdasarkan hasil assesment terungkap fakta bahwa tata kelola berbasis agrokomplek di Desa Banyuroto masih belum optimal. Hal ini tercermin dari produktivitas dan kualitas dari produk agrokomplek yang masih relatif rendah dan tidak ramah lingkungan. Perbaikan tata kelola untuk keberlanjutan farming system di Desa Banyuroto diperlukan untuk peningkatan produktivitas dan kualitas tanaman serta mengurangi input kimia (pupuk dan pestisida) sesuai dengan prinsip sustainable agriculture
Tekologi tepat guna berupa “Automatic Bio-Fertigation System (ABFS)” atau lebih dikenal dengan sistem fertigasi dan pupuk hayati secara otomatis mulai dikembangkan dan terapkan di Desa Banyuroto. Kegiatan ini diketuai oleh Dosen Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada yaitu Taufan Alam, S.P., M.Sc. dengan anggota tim dosen dari lintas disiplin ilmu baik di lingkungan Agrokomplek (Pertanian dan Kehutanan) dan Sekolah Vokasi (Teknik Elektro). Sistem ABFS merupakan gabungan dari beberapa komponen yaitu sistem irigasi tetes, reaktor pupuk hayati, dan alat otomatisasi berbasis smartphone yang tergabung menjadi satu kesatuan alat.
Uji coba pertama dilakukan di demplot tanaman alpokat dan kebun stroberi. “Sistem ABFS ini mencoba menggabungkan teknologi irigasi tetes yang disambungkan dengan reaktor pupuk hayati hasil karya bapak Ir. Jaka Widada, M.P., Ph.D. yang dapat dikendalikan melalui smartphone sehingga petani dapat dengan mudah mengendalikan penyiraman sekaligus pemupukan dari jarak jauh” ujar Taufan. “Sistem ini terbukti dapat mengefisienkan penggunaan air, pupuk, dan tenaga kerja” ujarnya lagi.
Bapak Yanto yang merupakan Kepala Desa Banyuroto menilai uji coba sistem ABFS di demplot alpokat dan stroberi sangat sukses. “Sistem fertigasi otomatis ini dapat mengefisienkan tenaga penyiraman sebesar 90% dan menghemat pupuk sebesar 40%, sehingga kedepan kami akan mencoba sistem ini tidak hanya di alpokat maupun stroberi tetapi dikomoditas lain seperti cabai dan tembakau” ujar Yanto. Dengan adanya manfaat yang dirasa sangat besar sekali bagi masyarakat, maka Kepala Desa Banyuroto berharap agar Tim UGM selalu mendampingi warga masyarakat dan sharing teknologi-teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk memanjukan pertanian di Desa Banyuroto.
Penulis : Taufan Alam