![](https://buper.faperta.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1051/2024/11/Sri-Suhesti.png)
Yogyakarta, 23 Oktober 2024 – Program Studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian UGM mengadakan kegiatan Praktisi Mengajar dengan narasumber Dr. Sri Suhesti, Kepala Laboratorium Unit Pengelola Benih Unggul Pertanian di Pusat Standarisasi Instrumen Perkebunan. Acara ini membahas topik “Teknologi Perbenihan Komoditas Tebu” melalui metode konvensional dan kultur jaringan.
Dr. Sri Suhesti menjelaskan bahwa meskipun Indonesia pernah menjadi eksportir besar gula, ironisnya pada saat ini Indonesia justru menjadi importir gula besar karena rendahnya produksi tebu. Untuk meningkatkan produksi tebu, ada dua pendekatan: intensifikasi (seperti rawat ratoon) dan ekstensifikasi (menggunakan benih unggul bersertifikat). Benih tebu yang bersertifikat harus memenuhi prinsip “6 tepat”, yakni tepat varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi, dan harga.
Dalam hal perbanyakan benih, dapat dilakukan dengan metode konvensional (menggunakan stek batang), namun memerlukan waktu dan tenaga banyak. Sebagai solusinya dengan menerapkan teknologi kultur jaringan menggunakan organogenesis baik langsung maupun tidak langsung. Organogenesis secara langsung hanya dapat menghasilkan hasil multiplikasi sebanyak 120 eksplan sedangkan teknik organogenesis secara tidak langsung dapat menghasilkan sebanyak 1200 eksplan. Teknik organogenesis tidak langsung dapat menghasilkan hasil yang lebih banyak dari organogenesis langsung,tetapi variasi somaklonal dapat terjadi saat proses perbanyakannya.
Pada kesempatan ini, beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan dan berdiskusi dengan Dr. Sri Suhesti selaku peneliti yang sudah sangat berpengalaman dan lama berkecimpung di kegiatan produksi benih pada komoditas tebu. Diharapkan mahasiswa dan praktisi yang turut hadir dalam kegiatan ini dapat lebih memahami dan mendapatkan gambaran jelas mengenai produksi benih tebu, utamanya di Pusat Standarisasi Instrumen Perkebunan.
Penulis: Aisyah Fitri Rohani
Penyunting: Yudha Pria Wibawa
Foto: Departemen Budidaya Pertanian