Yogyakarta, 28 Februari 2024 – Rabu (28/2) Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UGM menyelenggarakan kegiatan kuliah tamu.
Kuliah tamu ini bertemakan Participatory Plant Breeding: Innovation for Sustainable Agriculture dengan mengundang Dr. Pascal Montoro dari Centre de coopération internationale en recherche agronomique pour le développement (CIRAD) sebagai narasumber. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Departemen Budidaya Pertanian, Ketua Program Studi Magister Agronomi, para Dosen Departemen Budidaya Pertanian, dan mahasiswa Fakultas Pertanian UGM. Tidak hanya membahas terkait masalah kesenjangan hasil atau yield gap yang merupakan perbedaan hasil antara potensi hasil dan hasil aktual, beliau juga mengemukakan solusi dari masalah tersebut yaitu dengan menerapkan participatory plant breeding. Solusi tersebut dilakukan dengan membuat varietas tanaman yang sesuai dengan kondisi lingkungannya. Pada kegiatan ini beliau juga menekankan bahwa seorang pemulia harus melakukan diskusi dua arah dengan petani untuk menghasilkan varietas yang sesuai dengan kebutuhan petani.
Dalam paparannya, Dr. Pascal menjelaskan bahwa pada tahun 2050, populasi dunia diperkirakan akan mencapai 9 miliar jiwa, yang akan memerlukan peningkatan produksi makanan sebesar 50%. Namun, realitas yang ada menunjukkan bahwa masih terdapat sekitar 800 juta orang yang mengalami kekurangan gizi dan sekitar 2 miliar orang yang mengalami defisiensi zat gizi mikro. Selain itu, kasus obesitas (kegemukan) juga semakin meningkat, menyebabkan peningkatan kasus penyakit kronis seperti diabetes. Salah satu cara memenuhi kebutuhan pangan dunia yaitu menggalakkan pertanian intensif. Meskipun memberikan manfaat dalam memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat, pertanian intensif juga nyata memiliki dampak negatif. Salah satu tantangan utamanya adalah kemungkinan mencapai plateau dalam hasil panen dan produksi pangan dunia. Selain itu, penggunaan bahan kimia dalam pertanian dapat memiliki pengaruh berbahaya terhadap kesehatan, baik bagi petani maupun konsumen. Tidak hanya itu, dampaknya juga terasa pada hewan dan tanaman, menyebabkan penurunan kesuburan tanah dan kehilangan keanekaragaman hayati. Kehilangan keanekaragaman tanaman juga menjadi masalah serius yang perlu diperhatikan. Gangguan dalam rantai pasokan bahan kimia pertanian, seperti yang terjadi selama pandemi atau dalam pasokan fosfor, juga dapat mengganggu produksi secara keseluruhan dan meningkatkan biaya produksi. Oleh karena itu, perlu ada perhatian yang lebih besar terhadap praktik pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk mengurangi dampak negatif ini.
Menurut Dr. Pascal, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi pangan dan mengurangi dampak lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas produksi adalah pendekatan participatory plant breeding (PPB). PBB adalah pendekatan yang melibatkan petani, masyarakat lokal, dan pemangku kepentingan lainnya secara aktif dalam proses pemuliaan tanaman. Tujuan utamanya adalah menciptakan varietas tanaman yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan pilihan petani lokal, serta meningkatkan ketahanan tanaman terhadap berbagai tantangan seperti penyakit, cuaca ekstrem, atau perubahan iklim. Pertama, PPB dimulai dengan mengkaji secara mendalam terhadap sasaran sosial dan permintaan, yang melibatkan pemahaman terhadap kebutuhan dan pilihan masyarakat terkait tanaman yang akan dipelihara, seperti keinginan pasar atau ketersediaan pangan lokal. Selanjutnya, PPB menetapkan prioritas dan tujuan dalam pemilihan sifat-sifat tanaman yang diinginkan, seperti peningkatan hasil atau ketahanan terhadap penyakit. Setelah itu, melalui proses generasi atau identifikasi variasi baru, PPB mengembangkan atau mengidentifikasi keragaman tanaman baru yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan, menggunakan metode pemuliaan seperti pemuliaan silang atau mutasi. PPB melibatkan seleksi dalam populasi bersegregasi yaitu tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan dipilih oleh petani dari populasi tanaman yang terpisah. Uji coba varietas dilakukan melalui Participatory Varietal Selection (PVS), yang melibatkan pemilihan varietas tanaman terbaik melalui uji coba di lapangan dengan partisipasi langsung dari petani atau pemangku kepentingan lainnya. Setelah melewati uji coba dan seleksi, varietas baru kemudian dilepas, dengan proses pengesahan dan penyebaran benih varietas baru kepada petani dan komunitas lainnya untuk dibudidayakan dalam pertanian. Dengan PPB, varietas baru yang dilepas akan sesuai keinginan petani dan apabila penyediaan benih dilaksanakan petani, maka benih tersebut akan segera digunakan oleh masyarakat.
PPB dan PVS menawarkan beragam keuntungan yang mencakup varietas yang lebih tahan, hasil yang lebih tinggi, dan peningkatan keamanan pangan rumah tangga. Namun, yang tak kalah pentingnya adalah keuntungan sosial dan lingkungan yang dihasilkan. Proses ini secara aktif mengikutsertakan semua pemangku kepentingan, termasuk petani dan masyarakat lokal, memastikan bahwa kebutuhan dan pilihan masyarakat dipertimbangkan dengan serius. Lebih dari sekadar alat teknis, PPB/PVS juga berperan dalam memberdayakan petani, memberikan petani peran yang lebih besar dalam pengambilan keputusan terkait pemilihan varietas tanaman dan praktik pertanian. Dengan mempromosikan penggunaan varietas tanaman yang lebih beragam, PPB/PVS juga meningkatkan keanekaragaman genetik di tingkat pertanian yang sangat penting untuk meningkatkan ketahanan sistem pertanian terhadap perubahan lingkungan dan penyakit. Selain itu, dengan memperhatikan peran perempuan dalam proses pertanian, PPB/PVS membuka peluang bagi perempuan untuk terlibat secara lebih luas, meningkatkan kesetaraan gender dalam pertanian dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, PPB/PVS tidak hanya memperbaiki hasil pertanian, tetapi juga memperkuat aspek sosial dan lingkungan dalam sistem pertanian, mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.
Melalui kuliah tamu Participatory Plant Breeding dari Centre de coopération internationale en recherche agronomique pour le développement (CIRAD), Departemen Budidaya Pertanian menunjukkan komitmennya dalam mencapai tujuan SDG 4: Pendidikan Berkualitas dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis: Andrianto Anshari, S.T.P., M.Agr., Ph.D.
Editor: Yudha Pria Wibawa